Ada seorang janda tua yang begitu lemah. Ia menumpang di rumah anak laki-laki, istrinya, serta putri mereka yang masih kecil. Setiap hari penglihatan dan pendengaran wanita tua semakin berkurang dan kadang-kadang pada saat makan kedua tangannya gemetar sehingga kacang polong menggelinding dari sendoknya atau sup tercecer dari mangkoknya.
Anak laki-laki dan menantunya sering jengkel melihat wanita tua itu menumpahkan makanan di atas meja.
Pada suatu hari, setelah wanita tua itu menjatuhkan segelas susu, mereka berkata satu sama lainnya "Cukup! Sudah cukup kesabaranku!" Mereka tidak bisa mentoleransi lagi. Akhirnya mereka menyediakan meja kecil utuknya di pojok dekat lemari tempat penyimpanan sapu dan mereka menyuruh nenek tua itu makan di situ. Nenek ua itu duduk ke seberang ruang makan itu. Kadang-kadang mereka berbicara kepadanya sementara mereka makan, tetapi lebih serang hanya untuk mengomelinya ketika ia menjatuhkan sendok atau garpu.
Pada suatu malam, tepat sebelum makan malam, gadis kecil kesayangannya itu sedang bermain di lantai dengan kotak-kotak bangunannya. Ayahnya menanyakan apa yang sedang ia perbuat dengan kotak-kotak tersebut. "Aku sedang membuat sebuah meja kecil untuk ayah dan ibu," ia tersenyum, "supaya kalian berdua bisa makan di pojok dapur suatu hari nanti apabila aku sudah besar." Mendengar hal itu kedua orang tuanya terhenyak beberapa saat dan mendadak keduanya menangis. Malam itu mereka segera menuntun wanita tua itu kembali ke meja makannya yang besar. Sejak saat itu mereka selalu makan bersama-sama. Dan, tidak seorang pun keberatan lagi bila wanita tua itu menumpahkan sesuatu di atas meja makannya.
"APAPUN YANG KAMU PERBUAT, PERBUATLAH DENGAN SEGENAP HATIMU SEPERTI TUHAN DAN BUKAN UNTUK MANUSIA" (Kolose 3:23)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar